
Cariumulya News, 02 April 2025 – Idul Fitri merupakan momen yang penuh kebahagiaan bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga saat ini adalah "tawur ziarah," yakni kebiasaan mengunjungi makam keluarga yang telah berpulang sebagai bentuk penghormatan dan doa bagi leluhur. Pada Idul Fitri 2025, tradisi ini kembali dilaksanakan oleh masyarakat di berbagai daerah.
Makna dan Filosofi Tawur Ziarah
Tawur ziarah dilakukan setelah salat Idul Fitri atau sehari setelahnya. Tradisi ini memiliki makna mendalam, yaitu sebagai wujud rasa syukur, penghormatan, serta doa bagi arwah keluarga yang telah meninggal. Selain itu, ziarah juga menjadi ajang refleksi bagi keluarga yang masih hidup untuk terus menjaga silaturahmi dan memperkuat nilai kebersamaan.
"Tawur ziarah adalah momen di mana kita mengingat jasa-jasa orang tua dan leluhur. Dengan berdoa bersama, kita berharap mereka mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah," ujar Akhen, Perangkat Desa Cariumulya.
Pelaksanaan Tawur Ziarah di Berbagai Daerah
Di berbagai daerah, tradisi ini dilakukan dengan beragam cara. Di Cariumulya, misalnya, masyarakat biasanya membawa bunga, air, dan dupa untuk ditaburkan di makam.
"Kami sekeluarga selalu melakukan tawur ziarah sebelum berkumpul di rumah untuk halal bihalal. Ini sudah menjadi tradisi turun-temurun," lanjut Akhen.
Pelestarian Tradisi untuk Generasi Mendatang
Tradisi tawur ziarah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Idul Fitri di Indonesia, khusunya di Jawa Barat. Meskipun zaman terus berubah, nilai-nilai kebaikan yang terkandung dalam tradisi ini tetap relevan. Generasi muda diharapkan dapat menjaga dan melestarikan kebiasaan ini sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur serta ajang mempererat hubungan keluarga.
Dengan semangat Idul Fitri 2025, tawur ziarah kembali menjadi pengingat bahwa kebersamaan dan doa adalah dua hal yang tak lekang oleh waktu. Semoga tradisi ini tetap hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang.
Red. Khen_@rock.